Candi ini
berbentuk tinggi ramping seperti Candi Prambanan, pintunya menghadap ke timur. membelakangi
Gunung Penanggungan, dan terletak di pinggir jalan Tretes-Pandaan, tepatnya di
Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Posisi pintu Candi ini oleh
sebagian ahli dipakai alasan untuk mempertegas bahwa candi ini bukan tempat
pemujaan atau pradaksina (sebuah upacara penghormatan terhadap seorang dewa,
disebut Dewayadnya atau dewayajña), karena biasanya candi untuk
peribadatan menghadap ke arah gunung, tempat yang dipercaya sebagai tempat
persemayaman kepada Dewa. Candi Jawi justru membelakangi Gunung Penanggungan.
Sementara ahli lain ada pula yang beranggapan bahwa candi ini tetaplah candi
pemujaan, dan posisi pintu yang tidak menghadap ke gunung karena pengaruh dari
ajaran Buddha.
Sejak kecil
memang sering diajak orang tua saya kesini, namun ada suatu hal yang baru saya
sadari yaitu ternyata terdapat dua warna batu yang cukup kontras menyusun candi
ini, batu warna hitam pada kaki dasarnya, dan warna putih pada badan candi. Setelah
saya bandingkan dengan candi-candi lain, hanya candi jawi ini yang mempunyai
dua warna, yang lainnya berwarna senada. Hal ini tentu membuat saya
bertanya-tanya. Dan satu hal lagi yang membuat saya penasaran adalah adanya
parit di sekitar candi yang membuat candi ini unik dan berbeda dengan
candi-candi lainnya.
Banyak yang
mengira Candi Jawi ini sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan
Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat penyimpanan abu dari raja terakhir Singasari, Raja
Kertanegara.
Yoni, tempat menyimpan abu Raja Kertanegara |
Untuk memasuki
pelataran candi, kita harus mengisi buku tamu terlebih dahulu dan mengisi
sumbangan sukarela, jika ingin melihat dalam candi, ada tangga yang cukup
sempit dan curam yang harus didaki satu-persatu. Di dalam candi terdapat sebuah
batu putih yang awalnya saya mengira adalah altar, namun ada lubang di
dalamnya, ternyata batu tersebut adalah Yoni, tempat
menyimpan abu Raja Kertanegara. Yoni adalah symbol feminitas dalam Hinduisme. Dan
Yoni inilah satu-satunya benda yang mengisi ruangan di candi ini.
Sementara langit-langitnya,
terdapat gambar orang berkuda tepat di puncak langit-langit.
Langit-langit dalam candi |
Di belakang Candi terdapat susunan batu bata merah, batu bata merah ini menurut penjaganya adalah bekas pintu gerbang dan dibangun pada masa Majapahit. Terbengkalai karena sudah sulit direkonstruksi, |
Setelah saya
telusuri ini adalah cerita singkat tentang
Candi Jawi..
Candi Jawi
terletak di Desa Candiwates, Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan di kaki gunung
Welirang. Di dalam Kitab Negarakertagama Candi Jawi disebut “Jajawa” (Neg 55.3)
atau “Jawa-Jawa”. Candi ini dibangun di atas tanah datar yang tinggi dengan
pintu masuk disebelah timur. Melihat bekas-bekas bangunan yang masih dapat
dilihat sekarang, selain bangunan utama masih ada bangunan yang lain. Pemugaran
telah dilaksanakan sejak tahun 1938-1941 karena sebelumnya candi ini telah
runtuh. Akan tetapi pemugara ketika itu belum dapat mencapai keseluruhan sampai
atap meskipun batu-batu candi sebagian atap dapat disusun sebagai susunan
percobaan. Hal ini disebabkan oleh hilangnya satu lapis batu pada bagian tubuh
candi sehinga hubungan dengan bagian atas tidak diketahui. Ukuran candi Jawi
panjang 14,24 meter, lebar 9,55 meter, tinggi 24,5 meter.
Seni
Bangunan
Candi Jawi
mempunyai bentuk arsitektur yang tinggi dan ramping dengan kaki candi dihias
serangkaian relief yang menggambarkan suatu cerita. Namun sampai sekrang identifikasi
cerita tersebut belum jelas. Relief dipahatkan agak tipis sehingga beberapa
diantaranya sudah rusak. Urutan ceritanya dapat diperkirakan sesuai dengan
jalan Pradaksina. Pada tubuh candi terdapat relung-relung yang pada bagian
atasnya dihias dengan kepala Kalap sedangkan dibagian tengah tubuh candi
terdapat bingkai persegi mendatar.
Atap candi
terdiri dari 3 tingkatan, puncaknya berbentuk Dagodha. Jenis batu bagian atap
berlainan dengan batu-batu bagian bawah (bagian kai candi). Batu-batu atap sebagian
besar adalah batu putih, sedangkan batu bagian kaki candi adalah batu hitam
(andesit). Kemungkinan batu-batu bagian atap ini berasal dari masa yang
berlainan. Negarakertagama pupuh 57:4 menjelaskan bahwa pada tahun Saka 1253
candi Jawi pernah disambar petir.
ini teman saya, Firza, bukan arca.. |
Sifat
keagamaan dan arca-arcanya.
yang tengah itu juga bukan arca lho -_- |
Masa Pembangunan Candi Jawi
Menurut
Negarakertagama (56:1) Candi Jawi didirikan oleh Raja Kertanegara, sehingga
dengan demikian dapat diketahui bahwa Candi ini didirikan pada akhri Singosari
(abad XIII). Mengenai fungsi candi tersebut masih terdapat perbedaan pendapat
diantara para sarjana. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Candi Jawi sebagai
candi Pendharmaan Raja Kertanegara, seperti yang dijelaskan dalam
Negarakertagama bahwa Candi Jawi dibuat sendiri oleh Raja Kertanegara, dimana
ia mentahbiskan dirinya. Pendapat lain mengatakan bahwa Candi Jawi bukan
sebagai tempat pendharmaan Raja Kertanegara, dengan alasan Candi ini dibuat
ketika Kertanegara masih hidup. Selain itu Candi Jawi tidak diuraikan oleh
Sthapaka (penjaga candi), sebagai satu kelompok dengan Candi Singosari yang
jelas berfungsi sebagai tempat Pendharmaan Raja Kertanegara. Berdasarkan urutan
relief yang bersifat Pradaksina candi ini berfunsi sebagai kuil/tempat pemujaan
Dewa. Candi Jawi yang kita lihat saat ini adalah hasil pemugaran pada tahun
1974-1979, dipugar oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah
dan Purbakala Jawa Timur.
Penjelasan
diatas memang sudah cukup jelas bagi saya, walaupun ada beberapa hal yang masih misterius
berenang-renang di pikiran saya..
Salah satu
hal yang menarik perhatian saya di candi ini adalah adanya Dualisme Agama yang
sangat pekat, yaitu Hindu dan Budha. Dua agama inilah yang menyusun candi ini.
Jika kita menengok semboyan Bangsa kita “Bhinneka Tunggal Ika”, memang berarti “Berbeda-beda
tetapi tetap satu jua”, namun jika kita mengkaji lebih dalam kalimat yang
berasal dari Kitab Sutasoma tersebut, cukup membuat saya melongo. Kita tahu arti dari Tunggal ika adalah persatuan, yang jika dihubungkan dengan
keberadaan Candi Jawi ini berarti anda tidak bisa mencapai moksa (sebut saja menurut
pengertian kita sekarang: masuk sorga) berdasar kepercayaan anda tanpa mengakui
kebenaran agama lain. Sinkretisme
Siwa-Budha oleh leluhur kita di zaman Majapahit bukanlah “toleransi saling
menghormati” seperti yang kita miliki sekarang ini, juga bukan
peleburan/kawin-silang antar agama sebagaimana aliran nyeleneh yang saat ini bermunculan.
Sebagai orang Majapahit, anda, katakanlah beragama Hindu, anda utuh dengan
keyakinan anda, namun anda juga mengimani bahwa agama Budha adalah agama yang
benar meskipun anda tidak ikut mempraktekkan ajaran Budha, barulah anda
memperoleh moksa.
Sesuatu yang
terjadi saat kekuasaan berada di belahan tengah Jawa, bahwa antara Budha dan
Hindu tidak pernah ada kata sepakat (Borobudur adalah hegemoni Budha sementara
Prambanan adalah hegemoni Hindu), tidak pernah terjadi ketika kekuasaan
berpindah ke belahan timur pulau Jawa (sejak era Airlangga). Puncak sinkretisme
Siwa-Budha terjadi ketika raja pemabuk (bagian dari Tantra) Kertanegara dari
Singhasari bertahta. Di masa inilah candi Jawi dibangun. Sebuah “monumen” batu
yang bagian dasarnya bersifat Siwa namun bagian puncaknya bersifat Budha.
Candi Jawi
tidak sendirian mengangkat kisah ini, sebut saja Candi Jago, candi
bersifat Budha yang menghiasi dindingnya dengan relief kisah Arjunawiwaha, Parthayajna dan Kalayanawantaka yang bersifat Siwa.
Sebaliknya, candi Penataran adalah candi Siwa yang memahat kisah Bubuksah Gagangaking yang bersifat
Budha.
Demikian
lah hasil penelusuran saya terhadap Candi Jawi yang sudah beribu-ribu tahun
menghiasi Kabupaten Pasuruan. Harapan saya semoga bangunan-bangunan yang
memiliki nilai sejarah tidak kita lupakan dan senantiasa kita lestarikan agar
kita selalu ingat dengan perjuangan dan kisah-kisah nenek moyang kita membangun
Bangsa ini dari nol..
Terima kasih..
Wassalamu'alaikum..
sumber:
Foto dokumen pribadi
http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Jawi
http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/10/menyusuri-repihan-menakjubkan-candi-jawi-524024.html
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/09/14/candi-yang-terlupakan-486669.html
No comments:
Post a Comment